2024-03-28T13:09:48Z
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/oai
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/413
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
IJTIHAD KONTEMPORER YUSUF AL-QARADAWI DALAM PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM
Mahfudin, Agus
Ijtihad
Yusuf Al-Qaradawi
Hukum Islam
Ijtihad itu dibutuhkan di setiap zaman, maka pada zaman kita sekarang ini lebih butuh lagi kepada ijtihad bila dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya, karena adanya perubahan yang terjadi dalam kehidupan dan perkembangan sosial yang amat pesat. Oleh sebab itu, adalah suatu kebutuhan mendesak pada masa sekarang ini untuk selalu membuka kembali pintu ijtihad. Seperti kaidah fikih "Perubahan Hukum Tergantung Perubahan Waktu Atau Perubahan Fatwa Tergantung Pada Perubahan Zaman". Kaidah tersebut menjadi semacam petunjuk yang memungkinkan orang untuk mengatakan bahwa hukum Islam itu tidak kaku, elastis dan akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Kaidah ini juga merupakan bukti dari kesadaran para juris Islam klasik, bahwa kebenaran sebuah hukum tidak semata-mata diukur sejauh mana bisa berkorespondesi dengan teks-teks suci, tapi juga harus berkorespondesi dengan realitas yang terus berubah. Untuk itulah Yusuf al-Qaradawi ingin mengembangkan ijtihad kontemporer untuk menunjang pengembangan hukum islam yang bisa menghasilkan sebuah ketetapan hukum yang berpihak kepada kemaslahatan umat.Every moment, Ijtihad is necessary. Especially in this modern era, the people need ijtihad more than previous era. The need due to the fast changing of life and social development. Therefore, it is necessary to use ijtihad. As stated in rules of fiqh, law amendment depends on the fatwa, developing of time and era. This rules is a guideline which is used to develop the law, and will lead the people to think that Islamic rules is used for every age. It is also such evidence that Classical Islamic scholar was aware of law amendment based on the era, not merely holy text. Hence, Yusuf al-Qardawi wanted to develop contemporary ijtihad to support the development of Islamic law. Then, it will be used to produce law establishment which siding with the people need.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/413
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 1 (2014): April; 21-42
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/413/pdf
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/414
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
YURISPRUDENSI ISBAT NIKAH DALAM PASAL 7 KOMPILASI HUKUM ISLAM
Huda, Mahmud
KHI
Isbat Nikah
Pengadilan Agama
Pernikahan
Pasal 7 KHI tidak memberikan definisi isbat nikah secara implisit melainkan hanya berupa ketentuan-ketentuan yang masih bersifat umum. Dengan adanya pasal ini akan memberikan peluang bagi pelaku nikah di bawah tangan atau nikah sirri> serta poligami liar untuk mendapatkan penetapan atas pernikahan yang telah dilakukan dari Pengadilan Agama. Sehingga pasal KHI ini perlu adanya pembatasan dalam penerapannya. Isbat nikah merupakan penetapan atas pernikahan yang dilakukan oleh suami-isteri. Dimana pernikahan yang dilakukan oleh para pihak telah memenuhi syarat dan rukun nikah. Hal ini dilakukan karena berkaitan dengan unsur keperdataan yang merupakan wewenang dari Pengadilan Agama. Dalam ketentuan pasal 7 KHI tentang isbat nikah terdapat kerancun dan ketidaktepatan. Sehingga pasal ini perlu adanya pembatasan dalam penerapannya agar tidak menimbulkan problem baru dalam masyarakat. Permohonan isbat nikah adalah perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, karena perkawinan yang terjadi setelah adanya Undang-undang perkawinan mengandung prinsip pencatatan perkawinan demi menjaga kemaslahatan keluarga.Article 7 KHI does not provide a definition marriage establishment but only the common rules. The presence of the chapter will provide opportunities for offenders to do unregistered marriage or sirri and wild polygamy to get the marriage establishment made by Religious Courts. Hence, this KHI chapter need to limit in the usage. marriage establishment is a determination of the marriage performed by a husband and wife. It is performed by the couple husband and wife whose fulfilled the rule and requirement. This must be done related to the civil law which is the authority of the Islamic Court. It is important to understand that in the chapter 7 of KHI, there are ambiguity and inaccuracy. Therefore it is necessary to limit the usage to prevent the negative implication in the society. Request of marriage establishment occurred prior to the enactment of marriage Law number 1 1974. It is basically register the marriage to maintain the welfare of the family.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/414
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 1 (2014): April; 43-71
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/414/361
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/415
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
PRO-KONTRA NIKAH MUTAH DALAM PERSPEKTIF MAQASID AL-SHARI'AH
Hidayatulloh, Haris
Nikah
Mutah
Maqasid al-Shari’ah
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang mengandung serangkaian perjanjian yang sangat kuat diantara suami dan istri. Al-Qur’an menyebutnya dengan perjanjian yang kokoh. Dalam pandangan Islam perkawinan pada prinsipnya bersifat kekal, dan tidak dibatasi oleh rentang waktu tertentu. Pernikahan dalam Islam mempunyai tujuan dan hikmah tersendiri. Diantara tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk memenuhi petunjuk Allah dalam rangka memb.a keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia dan juga untuk menghasilkan serta melestarikan keturunan. Islam sangat mendorong orang untuk melangsungkan pernikahan secara benar. Oleh karenanya, salah satu maqa>s{id al-shari>’ah (tujuan syariah), yaitu menjaga keturunan. Oleh karenanya perkawinan dapat dilaksanakan setelah semua pihak yang telah memenuhi persyaratan dan rukun dari perkawinan yang telah ditetapkan dalam hukum Islam. Akan tetapi mencul permasalahan perkawinan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, yaitu pernikahan yang hanya untuk sementara waktu atau dibatasi oleh rentang waktu tertentu, yang hanya semata-mata untuk menyalurkan hasrat seksual atau sekedar memenuhi kebutuhan bilogis. Dalam Islam dikenal dengan istilah nikah mutah dan kalau di Indonesia dikenal dengan istilah kawin kontrak.Marriage is a bond, containing a series of meaningful agreement between a husband and wife. It is mentioned in Qur’an as solid agreement. In Islamic view, marriage is everlasting and has a purpose as well as wisdom. One of the purpose of marriage is to establish harmonius, welfare and happiness family. It is also used to generate islamic generation. Islam also highly supported to marry properly. Therefore, based on shariah view, the purpose of marriage is to maintaining the descendant. Furthermore, there are some requirement to perform the marriage by fulfilling the pillar based on Islamic law. However, there is marriage problem in society. It is called muta. Muta is old fashion tradition marriage. It is temporary marriage to satisfy the lustful. In Indonesia muta marriage is called ”kawin kontrak”.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/415
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 1 (2014): April; 72-101
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/415/362
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/416
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
ANALISIS KRITIS MANAJEMEN MADRASAH DI ERA OTONOMI DAERAH
Suprapti, Suprapti
Manajemen Pendidikan
Otonomi Daerah
Pendidikan diatur dan dilindungi oleh badan pemerintahan. Kendati demikian, persoalan pendidikan masih sering ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Melalui otonomi daerah diharapkan dapat membawa banyak perubahan yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah sehingga Negara tidak lagi mendapati daerah yang diskriminatif terhadap pengelolaan pendidikan terutama pendidikan Islam yang berlabel Madrasah. Desentralisasi menjadi asas penting dalam pembangunan pendidikan di daerah. Oleh karenanya, diperlukan manajemen yang benar dalam pembangunan madrasah di era otonomi seperti saat ini. Ada beberapa kendala yang dialami dalam penyelenggaraan otonomi pendidikan. Madrasah sebagai penyelenggara pendidikan yang bernuansa Islam dan sebagai penyelamatan hidup manusia, maka madrasah harus merubah manajemen sehingga menjadi sekolah yang unggul. Langkah yang harus dilakukan adalah perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengarahan, penggerakan, pengkomunikasian, pengkoordinasian, pengendalian, monitoring evaluasi, penganggaran, dan ruanglingkup manajemen pendidikan. Dengan langkah-langkah itu, peningkatan mutu madrasah dapat dicapai dengan baik. Madrasah beroptimis produk madrasah mampu bersaing dengan sekolah umum dalam menghadapi globalisasi.Education is regulated and protected by government. Nevertheless, the issue of education is still common in many regions of Indonesia. Through local autonomy, it is expected that it can bring a lot of changes that can adapt to the needs and conditions of the area so that the State no longer have region that are discriminatory to the management of education, especially Islamic education labeled madrassa. Decentralization becomes an important principle in the development of education in a region. Therefore, proper management is required in the advancement of a madrassa in the era of autonomy as it is today. There are many obstacles in the educational local autonomy. Madrassa as Islamic organizer, so it has to change the management to be best school. Many steps can be done, they are planning, organizing, leading, directing, actuating, communicating, coordinating, controlling, monitoring and evaluating, budgeting, and scope of educational management. By that steps, madrassa’s product can compete with general school to face globalization.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/416
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 1 (2014): April; 102-123
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/416/363
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/417
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
SUMBER AUTENTIK DAN NON-AUTENTIK DALAM TAFSIR AL-QUR'AN
Muhsin, Ali
Tafsir
Sumber Tafsir
al-A??l
al-Dakh?l
Artikel ini membahas seputar sumber autentik (al-a??l) dan sumber non-autentik (al-dakh?l) dalam tafsir al-Qur’an. Pembahasan ini menjadi penting karena kuatlitas interpretasi terhadap ayat al-Qur’an tergantung sumber tafsir yang digunakan. Berdalih tafsir sebagai usaha manusia untuk memahami firman Allah, banyak mufasir yang tidak memperhatikan sumber tafsir yang digunakan, sehingga terjebat dengan sumber-sumber yang seharusnya tidak boleh digunakan dalam tafsir al-Qur’an, seperti berita-berita masa lalu yang bersumber dari orang Yahudi dan Nasrani dan Hadis palsu. Penggunaan sumber seperti ini semakin menjauhkan tafsir dari makna yang dikehendaki al-Qur’an sendiri. Dari pembahasan ini diketahui bahwa sumber autentik tafsir al-Qur’an adalah:al-Qur’an, Hadis sahih, pendapat sahabat, pendapat tabiin, bahasa Arab dan Ijtihad. Sedangkan sumber tafsir yang tidak autentik meliputi Isr??lliy?t dan hadis maw??’.This article discusses about original and non-authentic source of Qur’anic interpretation. The discussion is important due to the used of qur’anic commentary resources to get interpretation quality of ayat in Qur’an. Many commentators did not pay attention to Qur’anic interpretation source used. Although, they stated to use these sources to understand the word of God, thus they stuck on non authentic one such as fabricated hadith, the past stories from the jews and christian. The used of such resources will increasingly alienate interpretation meaning of Qur’an. Based on the discussion, the original and authentic source of qur’anic interpretation are Qur’an, sahih hadith, Muhammad’s companion, tabi’in, Arabic and ijtihad. Meanwhile non-authentic involve Isr??lliy?t and maw??’ hadith.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/417
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 1 (2014): April; 1-20
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/417/364
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/418
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
KOMPETENSI GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
MS., Rohmat
Kompetensi
GPAI
Kegiatan Pembelajarn
Teknologi Informasi
Penelitian ini berfokus pada masalah kegiatan pembelajaran berbasis teknologi informasi yang dilakukan oleh para guru Pendidikan Islam di Kabupaten Sidoarjo. The menyimpulkan bahwa aktivitas pembelajaran matapelajaran Pendidikan Islam kebanyakan masih konvensional, di mana guru memainkan peran utama dalam memperoleh pengetahuan, sedangkan siswa yang kurang terlibat secara aktif. Penelitian ini juga menemukan bahwa guru memiliki kualifikasi mengajar yang baik, karena mereka memenuhi 12 dari 16 kriteria kompetensi yang ditetapkan oleh standar pendidikan nasional. Tetapi di sisi lain, mereka lemah dalam hal kualifikasi pedagogik, karena mereka hanya memenuhi 12 sampai 17 dari 42 kompetensi. Faktor-faktor untuk mengembangkan standar guru dalam mengajar berbasis teknologi informasi, penelitian ini menemukan bahwa kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi seperti komputer, laptop, LCD dan internet merupakan faktor utama. Beberapa guru di SMAN 1 Krian dan SMKN 2 Buduran sudah terbiasa dalam menggunakan teknologi informasi. Sementara itu, keterbatasan infrastruktur dan kurangnya ketersediaan teknologi informasi di sekolah-sekolah seperti SMA Negeri di Tarik, SMAN 2 di Sidoarjo dan Porong merupakan faktor utama yang menghambat proses pengembangan standar pembelajaran ini.This research focuses on the problem of information technology-based teaching activities by teachers of Islamic education in the regent of Sidoarjo.The research concludes that the learning activity on the subject of Islamic education is very much conventional where teachers play the major role in acquiring knowledge, while students were not involved. The research also discovers that teachers do have good teaching qualifications given that they meet 12 out of 16 competences criterion set by the national standard authority on the subject. But they on the other hand, are weak in terms of pedagogic qualification considering that they meet only 12 to 17 out of 42 competences.Factors toward developing the standard of the teachers in information technology-based teaching, the research finds that the ability and skill of the teachers in using technology such as computer, laptop, LCD and internet are the main factors. Teachers of SMAN 1 in Krian, and SMKN 2 in Buduran are among those who are familiar with the information technology. Meanwhile, the poor infra-structure and limited availability of information technology in such schools as State High School in Tarik, SMAN 2 in Sidoarjo and Porong are the main factors that hamper the process of developing the teaching standard.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/418
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 2 (2014): Oktober; 124-144
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/418/365
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/419
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH
Hakim, Dhikrul
Pendidikan Budaya
Karakter Bangsa
KTSP
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilaiyang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu ditanamkan dan dikembangkan lewat dunia pendidikan, dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah, dengan tujuan untuk mereaktualisasi konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa di sekolah agar dalam pelaksanaannya diterapkan ke dalam kurikulum di sekolah dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.Education is a conscious effort to develop the potential of learners optimally. The conscious effort may not be separated from the learners’ environment, especially the cultural environment. It must be done due the students live inseparable in their environment which acted upon the rules of the culture. Basically, the development of culture and the national character are not included as the main subject but integrated into a lesson, self-development, and school culture. Therefore, the joining between the teachers and the schools will integrate the values developed in the cultural education and the national character into KTSP, syllabus and lesson plan that are available. The cultural education and the national character need to be invested and developed through education. It also can be implemented in an integrated manner with educational activities in schools, with the aim to re-actualize the concept of culture and national character education in schools so that the implementation is applied into the curriculum at school. Hopefully it will be done by the learners in everyday life.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/419
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 2 (2014): Oktober; 145-168
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/419/366
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/420
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
OPTIMALISASI METODE PEMBELAJARAN IPS MI UNTUK PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS SISWA
Ulwiyah, Nur
Metode mengajar
guru IPS MI
berfikir kritis
Penelitian ini dilakukan dengan dua alasan; pertama, secara akademik, metode yang variatif akan efektif dan efisien mempertinggi kualitas pembelajaran dan jika tidak dikembangkan secara baik, tidak mustahil akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu tercapainya kompetensi keterampilan berfikir kritis siswa. Kedua, berdasarkan observasi awal, ditemukan fenomena guru IPS dalam mengajar menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan saja. Hal ini kurang mengembangkan berfikir kritis dengan didasarkan pada teori berpikir kritis FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity, overview). Tujuan penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis metode mengajar guru IPS MI dalam mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, dan kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah discourses analysis. Temuan penelitian ini adalah metode yang digunakan guru IPS MIN Rejoso Peterongan Jombang kurang mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa, dengan sebab-sebab yaitu adanya pandangan guru bahwa IPS identik dengan hafalan dan cerita, keterampilan berfikir kritis kurang efektif dikembangkan bagi siswa MI karena mereka belum bisa diajak berfikir kritis, ketidaktahuan guru tentang teori berfikir kritis dan metode-metode yang mendukungnya, adanya paradigma bahwa guru adalah segala-galanya, adanya rasa enggan guru untuk merancang pembelajaran yang kritis, dengan alasan: banyak pekerjaan lain yang harus diselesaikan, sarana terbatas.This research works for two reasons; first, academically, variative method will be highly effective and efficient in teaching quality. Meanwhile if this does not develop well, it is an obstacle for the achievement of learning objectives, the achievement of critical thinking skills. Second, based on the first observation, it was found that there are some social studies teacher who teach the student by speech method, asking-answer question, and giving works. It will not develop student critical thinking based on what FRISCO stated. The research purpose is to identify and analyze the learning method of social studies teacher in MIN Rejoso to developing student critical thinking skills. It is field research with qualitative approach. The data is collected by interview, observation, and document analysis. The data analysing technicque uses “discourses analysis”. The research found is the method used by social studies teacher in MIN Rejoso Rejoso Peterongan Jombang can not develop the student critical thinking skills. The causes is there are some teacher’s view that social studies is similar with rote and stories. The paradigm that may admit the teacher is everything, teachers is lazy to design critical learning due to lot of other works that must finished, and limited facilities.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/420
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 2 (2014): Oktober; 169-200
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/420/367
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/421
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI KELAS INKLUSIF DI SD PLUS DARUL 'ULUM JOMBANG
Maftuhatin, Lilik
Evaluasi Pembelajaran
Anak Berkebutuhan Khusus
Kelas Inklusif
Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan belum ada standar evaluasi pembelajaran yang pasti untuk anak yang memiliki kelebihan dan kekurangan, walaupun mereka mendapat pelayanan pendidikan di kelas inklusif. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi pemecahan masalah bagaimana sistem perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk pelaporan hasil evaluasi yang terdapat di kelas inklusif. Penelitian ini difokuskan pada perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk evaluasi yang dilakukan, dan bentuk laporan evaluasi yang telah dilakukan di kelas inklusif yang terdapat di SD Plus Darul Ulum. Penelitian ini dilakukan dengan metode interview,observasi dan dokumentasi. Obyek penelitian adalah kepala sekolah, guru-guru pendamping ABK, serta koordinator kelas inklusi disertai dengan data-data di lapangan yang dapat mendukung penelitian ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran sudah cukup bagus karena guru sudah menerapkan dua metode dalam evaluasi yaitu dengan soal yang disamakan dengan reguler dan yang kedua dengan soal sesuai dengan kebutuhan mereka, disertai dengan portofolio yang mencatat perkembangan mereka selama pembelajaran.This research is based on the lack of learning evaluation standard for the children with special education need. It is based on the fact that inclusive class for them has no evaluation standard yet. Therefore, the research was used to figure out; the problem, method and the form of learning evaluation planning system. It also used to find out the result report form of learning evaluation at inclusive class, SD Plus Darul Ulum. The focus of the research were the problem, method and the form of learning evaluation planning system. This research was done by interviewing, observation and documentation. Meanwhile the targets of the research were teachers for children with special needs, inclusion class coordinator and the supporting data.Based on the research, it can be concluded that learning evaluation has done well, due to the well application method. The teachers have applied two different method. The first is; giving regular exam question. The second one is giving their need exam question, including their development notes (portfolio)during the learning process.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/421
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 2 (2014): Oktober; 201-227
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/421/368
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/422
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
IMPLIKASI PEMBELAJARAN MIKRO DALAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MENGAJAR DI MADRASAH
Syafi'i, Muhammad
Pembelajaran Mikro
Keterampilan Dasar Mengajar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan mengajar mahasiswa diniyah (Madin) periode 2012/2013 dalam pembelajaran mikro, dan untuk mengetahui perkembangan keterampilan mengajar mahasiswa diniyah dalam Real Teaching sehingga implikasi micro teaching (pembelajaran mikro) dalam pengembangan keterampilan mahasiswa madin dalam mengajar di Real Teaching, sehingga dapat diketahui kendala yang dialami mahasiswa dalam pengintegrasian keterampilan dasar mengajar dalam real teaching. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, penulis melaksanakan kegiatan yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: Pertama Tahap Perencanaan, pada tahap ini penulis menyusun desain pembelajaran mikro, menyusun alat ukur untuk menilai keterampilan mengajar mahasiswa diniyah (madin) dalam pembelajaran mikro dan perkembangan keterampilan mengajar mereka dalam Real Teaching. Kedua Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini penulis mengamati dan menilai (berdasarkan instrument yang disusun pada tahap perencanaan) perkembangan keterampilan mengajar mahasiswa diniyah dalam pembelajaran mikro dan perkembangan keterampilan mengajar mereka dalam Real Teaching. Ketiga Tahap Evaluasi, pada tahap ini penulis menganalisa data-data yang terkumpul dalam tahap pelaksanaan sehingga diketahui hasilnya. Hasil penitian ini adalah kemampuan mengajar mahasiswa madin dalam pembelajaran mikro memperoleh rata-rata sangat baik yaitu 85, sedangkan Kemampuan mengajar mahasiswa madin dalam real teaching memperoleh rata-rata sangat baik yaitu 89, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran mikro mempunyai implikasi dalam perkembangan keterampilan mengajar mahasiswa madin di Madrasah.The aim of the research is find out Islamic school students teaching skills of 2012/2013 intake. The skill will be observed during micro teaching program. This program also used to monitor the progress of students teaching skill in Real Teaching. Hence the implications of micro teaching toward student in Real Teaching can be seen. While also, it is used to figure out their obstacles to integrate teaching basic skill. To achieve the objectives this research, the author has been conducting activities that consists of three stages, namely: First Planning phase, at this stage the author arranges instructional design micro, drawing up a measurement tools for assessing skills teaching of student Islamic schools in micro teaching for the sake of developing teaching skill in real teaching. The Second, implementation; at this stage the author observes and assess (based on instrument which was compiled in the planning) development of teaching skill for students Islamic schools in Real Teaching. These three phases Evaluation, at this stage author analyzes data that the person has accrued in the final phase procedures so that it is known as a result. The result is teaching skill of students Islamic schools in micro teaching gets good score, that is 85, while teaching skill of students Islamic schools in real teaching is so good that is 89, so it can be concluded that micro teaching has implications in the development of teaching skill in real teaching.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2014-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/422
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 5 No 2 (2014): Oktober; 228-250
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/422/369
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/423
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
KONSEP UMMAH DALAM AL-QUR'AN (Sebuah Upaya Melerai Miskonsepsi Negara-Bangsa)
Rahman, Zayad Abd.
Ummah
Komunitas
Tatanan Sosial
Ummah disebutkan dalam al-Qur'an 62 kali dalam dua puluh empat surah. 52 bagian itu berbentuk dengan kata tunggal (al-murfad). Al-Qur'an menggunakan istilah ini untuk berbagai makna. Ummah memiliki lebih dari satu makna. Makna umat tida hanya terbatas bagi umat manusia. Lebih dari itu terma ummah juga digunakan untuk menyebut suatu kelompok tertentu seperti agama, waktu atau tempat. Bahkan istilah tersebut juga digunakan untuk menyebut sekawanan burung seperti dalam surah al-An'am (6): 38. Peryataa ini menunjukan bahwa terma ummah tidak hanya memiliki satu makna tetapi lebih luas dari itu. Maka terma ini memberikan cakrawala baru tentang adanya persaudaraan sebagai umat manusia di dunia ini. Tentu saja, artikel ini akan mengekplorasi terma ini sebagai kontra diskursus kelompok yang menggunakan terma tersebut dalam pandangan yang sempit dan eksklusif di alam raya ini.Ummah is mentioned by al-Qur'an 62 times in twenty-four surah. And 52 of part it is shaped with singular mode. Al-Qur'an uses this term with various meanings. Ummah has more than one meaning. The meaning of ummah is not just limited to mankind. More than that ummah term is so used for association of thing like religion, time or place. And moreover to animals like birds in the same manner as surah al-An'am: (6): 36. This statement gives does not have one meaning. But rather it is wider than that. Otherwise, al-Qur'an is using the term in teh fact to explain more than one meaning. In this meaning it illustrates new horizons about the existing of brotherhood as human being in the world. Of course, the article will explrore the term as counter-discourse of groups willing which is using the term in narrow views and exclusive in the nature.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/423
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 1 (2015): April; 1-18
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/423/370
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/424
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
FENOMENA RIHLAH ILMIAH DEMI HADIS PADA MASA PERIWAYATANNYA (1-4H/7-10M)
Amrulloh, Amrulloh
Rihlah Ilmiah
Perkembangan Hadis
Sistem Isnad
Tulisan ini membahas fenomena rihlah ilmiah demi Hadis-hadis Rasulullah yang terdistribusi di berbagai wilayah dunia Islam pada masa periwayatan Hadis, yakni sekitar abad-abad 1 H/7 M hingga 4 H/10 M. Pada masa itu, para sarjana Hadis dengan berbagai generasinya banyak merantau dari satu wilayah ke wilayah lain demi mendapatkan atau mendengarkan sebuah Hadis. Sepintas lalu, sudah dapat ditebak bahwa motif mereka melakukan itu adalah untuk mendapatkan satu Hadis, atau sejumlah Hadis. Namun, realitasnya tidak demikian. Dari eksplorasi dan analisis itu diketahui bahwa motif rihlah ilmiah demi Hadis bukan hanya sekadar mendengarkan sebuah Hadis atau beberapa Hadis yanga belum pernah didengarkan, tetapi lebih dari itu untuk konservasi Hadis dan kritik periwayatannya.This paper talked about scientific rihlah(journey) phenomenon for Rasulullah hadith, which distributed across Middle East (Islamic world) at the time of hadith transmission around 1H/7M till 4 H/10 M. At that time, many hadith scholars had some journeys from one area to another to obtain and listen the hadith. What they did, could be guessed esaily. They meant to get more than one hadith. However, there were contradictions. Based on the exploration and analysis. it can be understood that the scientific rihlah aimed not merely to listen and get some hadith, but also hadith conservatioan and criticizing the tramsmission.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/424
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 1 (2015): April; 19-45
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/424/371
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/425
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
PARADIGMA STUDI HADIS DI DUNIA PESANTREN
Samsukadi, Mochamad
Hadis
Studi Hadis
Pesantren
Al-Qur'an dan Hadis menempati posisi setral dalam ajaran Islam. Semua keilmuan Islam bermuara pada keduanya. Sudah seharusnya studi al-Qur'an dan Hadis mendapatkan perhatian lebih dari pada disiplin keilmuan yang lain. Namun ironisnya, sulit ditemukan pesantren, sebagai pusat kajian Islam, yang fokus pada studi al-Qur'an dan Hadis. Melalui kajian literatur, artikel ini berusaha melacak tradisi pesantren dalam studi al-Qur'an dan Hadis, terutama studi Hadis. Dari kajian ini diketahui, kajian utama di pesantren adalah fikih dan ilmu bahasa Arab, sedangkan kajian al-Qur'an dan Hadis hanya sebagai pendukung dari kajian utama. Hal ini dikarenakan adanya asumsi di kalangan masyarakat pesantren bahwa Hadis adalah sebagai bagian inheren dari Nabi yang sakral, sehingga tidak sembarang orang bisa mengkajinnya. Di sisi lain pola pendidikan pesantren lebih menekankan pendekatan amaliah dari pada ilmiah. Sehingga wajar jika studi Hadis di pesantren hanya bersifat pengantar saja dan hampir mustahil ditemukan kajian Hadis yang mendalam, seperti fikih dan bahasa, di pesantren.Koran and Hadith has a central placed in Islamic learning. All of islamic learning are from both. Therefore, Koran and Hadith studies must have more attention than the other. Unfortunately, it is difficult to find out islamic study center which focus on Koran and Hadith studies. Based on this phenomenon, this article tried to trace pesantren tradition ini especially Hadith studies. The result was, the main studies in pesantren are fiqh and arabic. Meanwhile Koran and Hadith studies support the main one. This is the fact based on the assumption among the pesantren society that hadith is sacred part of the prophet Muhammad, not everyone can learn it. In addition, pesantren education pattern emphasize on charity approach than scientific. Therefore, Hadith study in pesantren is merely introductory, no in depth study such fiqh and language.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-04-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/425
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 1 (2015): April; 46-75
2477-8397
1978-306X
oai:ojs.test1.journal.unipdu.ac.id:article/426
2016-07-12T15:29:56Z
religi:ART
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/427
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
MULTIKULTURALISME PESANTREN DI ANTARA PENDIDIKAN TRADISIONAL DAN MODERN
Mahfudhoh, Rif'atul
Ashari, Mohammad Yahya
Pesantren
Multikulturalisme
Pendidikan
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan diri lebih aktif dan mempunyai peran besar dalam mensosialisasikan serta mengembangkan ajaran dan nilai-nilai Islam di Nusantara. Namun, mayoritas pesantren yang ada saat ini, seakan berjalan di tempat dan mengalami kondisi stagnan. Jenis penelitian ini adalah studi literature dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yagn didapat bahwa pesantren mempunyai potensi multikultural yang tinggi. Potensi multikulturalitas pesantren itu terletak pda sikap agalitarian, fleksibel dan inklusif. Walau demikian pesantren masih dilundrung masalah seperti problem konservatif dan defensif terhadap kultur yang diyakini sehingga pesantren terjebak pada kebenaran absolut (absolutely truth) yang bahkan meminggirkan dan menyingkirkaan kelompok lain yang berbeda dengan pesantren. Di sisil lain, kurikulum pesantren juga tidak mau beranjak dari pola klasik dengan hanya mengkaji kitab kuning.Pesantren is the oldest islamic education institution in Indonesia. They have enormous potential to develop themselves in spreading islamic teachings and values across Indonesia. However, many pesantren today are stagnant. This research was literature study and involved as qualitative descriptive. It result shows that pasantren has a high multicultural potential. This potentiallies in egalitarian, flexibility and inclusive attitude. However, the pesantren today are plagued by conservatism and defensive culture problem. Moreover, they have been trapped in absolutely truth. Thus, this idea will pull over another group which have different thinking. In addition, pesantren curriculum insists on yellow book studies, showing that they do not want to move from classical education.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-04-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/427
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 1 (2015): April; 100-129
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/427/pdf_1
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/485
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
UNSUR-UNSUR PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAI DALAM TAFSIR AL-QUR'AN SURAH AL-BAQARAH: 151
Ashari, Moh. Yahya
al-Qur'an
Pendekatan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Tafsir.
Al-Qur'an memberikan cetak biru pembelajaran yang mengarah pada pemberdayaan kompetensi manusia secara integratif melalui pola pendidikan seimbang dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan pendekatan pembelajaran dalam al-Qur'an Surah al-Baqarah: 151. Pendekatan tersebut dapat dipetakan menjadi lima macam, yaitu: pendekatan tilawah, pendekatan tazkiyyah (penyucian), pendekatan ta'lim al-Kitab (pembelajaran al-Qur'an), pendekatan ta'lim al-hikmah (pembelajaran dengan hikmah), dan pendekatan "ya'allmukum malam takunu ta'lam" (membelajarkan hal-hal yang belum dipelajari) dengan merujuk pada beberapa tafsir yang otentik. Akhirna, harus diakui bahwa keberadaan al-Qur'an merupakan sumber utama pengembangan konsep pendidikan Islam yang dapat dibuktikan dengan nyata dan akurat melalui kajian-kajian, talaah maupun penelitian.The Qur'an has given integrated learning blue print to human being that leads t empowering human competence through balanced education pattern in cognitive, affective and psychomotor. Therefore, this article will describe Surah al-Baqarah: 151 deals with learning approaches. The approaches can be classified into five: tilawah, tazkiyah, tal'lim al-Kitab (learning the Qur'an), ta'lim al-hikmah (learning wisdom) and "yu'allimukum malam takunu ta'lam" approaches (learning things that never been studied) made reference to some authentic interpretation. At last, we have to recognize that Qur'an is the main source of Islamic development concepts. It can be proved through studies and researches.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-10-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/485
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 2 (2015): Oktober; 128-147
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/485/432
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/486
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PERAN BIROKRASI
Solichin, Mujianto
Kebijakan Pendidikan
Peran Birokrasi
Politik
Kebijakan politik dan birokrasi merupakan dua hal paling penting dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Dua elemen ini bisa mempengaruhi pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Kebijakan yang baik akan mandul tanpa dibarengi dengan iklim birokrasi yang sehat dan kondusif. Begitu pula birokrasi tidak akan berjalan dengan efektif dan efesien tanpa ditopang dengan kebijakan yang tepat dan baik. Artikel ini memotret keterkaitan politik dengan pendidikan dalam praktek sistem birokrasi pendidikan. Peran birokrasi di lembaga pendidikan menjadi puncak model implementasi kebijakan, oleh karenanya diperlukan adanya pembaharuan manajemen pada satuan pendidikan. Proses pembaharuan tersebut berkaitan dengan pengembangan, penyebaran, diseminasi, perencanaan adobsi dan penerapan kebijakan pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu.Political and bureaucracy policy are the important aspect in running the government, including education. Both element are able to influence the implementation of education as a whole. However, if the bureaucracy atmosphere is unhealty, good policy would be barren. Similarly, an appropriaate and good policy has to support a bureaucracy system. In education institution, the role of bureaucracy has become an implementation model; therefore there must be a management improvement in the educational unit. The improvement deal with development, deployment, dissemination, adobtion planning and implementation of education policy within particular educatioan unit.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/486
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 2 (2015): Oktober; 148-178
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/486/433
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/487
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP POTENSI ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF JOHN DEWEY DAN PENDIDIKAN ISLAM
Khoirot, Azimatul
Potensi Anak Didik
John Dewey
Pendidikan Islam
Artikel ini membahas konsep potensi anak didik dalam perspektif John Dewey dan perspektif pendidikan Islam. Penulis mengkaji dua konsep tersebut dengan pendekatan komparatif. Kedua konsep potensi anak didik tersebut menarik untuk dikaji, karena baik Dewey maupun pendidikan Islam mangakui adanya potensi tambahan. Walaupun demikian, keduanya berbeda dalam hal perkembangan dan tujuan akhir dari potensi tersebut. Menurut Dewey manusia dibekali dua potensi dasar berupa akal dan bakat. Kedua potensi ini berkembang menjadi baik dan buruk sesuai dengan pengaruh lingkungan yang melingkupinya. Dalam pandangan Dewey, potensi tidak memiliki tujuan akhir, tatapi berjalan dinamis mengikuti pengaruh sosial yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan Dewey, pendidikan Islam memandang potensi dasar anak didik terdiri dari tiga komponen yang saling memparuhi. Tiga kompetensi dasar tersebut berupa jasmani, akal dan ruh. Ketiga potensi ini mempunyai kecenderungan untuk menjadi baik, tetapi dalam perkembangannya bisa keluar dari kecenderungan dasarnya karena pengaruh lingkungan. Tujuan akhir dari potensi dasar anak didik ini untuk mengabdi kepada pencipanya, Allah Swt.The article will discuss about student's hidden strength dan passion based on John Dewey dan islamic education view. Both concepts were investigated by applyng comparative approach. I was interested to have this discussion due both have recognized hidden strength and passion. However, there are some aspects that distinguish both John Dewey and Islamic Education view; they ar development and to goal John Dewey explained the every human being have been endowed with intelligence and talent as basic hidden strength and passion. These develop become good and worst influenced by the society they live in. He also stated thad hidden strength and passion have no purpose, but they run smoothly, influenced by daily life social control. in contrast with Dewey, Islamic education view hidden strength and passion consist of tree mutually affect basic component. They ar body, intelligence and spirit. Those tree components intend to be good; nevertheless they are possible to change due the influence of social daily life. The final goal is to serve the God.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/487
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 2 (2015): Oktober; 179-206
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/487/434
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/488
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
ADIL DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF IBNU HAZM
Hidayatulloh, Haris
Adil
Poligami
Ibn Hazm
Poligami merupakan pembahasan dalam perkawinan yang paling banyak diperdebatkan di kalangan ahli hukum Islam. Pro-kontra seputar poligami terus berkembang di kalangan ulama. Sebagian ulama menganjurkan poligami sebagai bentuk implementasi dari perintah Allah dan sebagian lain menolak poligami dengan berbagai macam argumentasi yang selalu dikaitkan dengan ketidakadilan gender. Dalam Islam, poligami diyakini sebagai salah satu solusi ketika istri tidak bisa memberikan keturunan atau pertimbangan sosial lain. Walaupun demikian, pembolehan poligami diharuskan dengan mengutamakan sikap adil di antara para Istri. Jika dirasa kurang mampu untuk berbuat adil, maka dilarang melakukan poligami. Artikel ini membahas konsep adil berpoligami dalam perspektif Ibn Hazm al-Zahiri. Menurutnya adalah bahwa adil di antara para istri hukumnya adalah wajib, terutama dalam hal pembagian malam dan pembagian nafka.Mostly, many Islamic scholars has discussed about polygamy. Moreover, pros and cons have been developed also among the ulema. Some suggest that polygamy is the commandment of God. Meanwhile, in contrast with the previous, other Islamic scholars refuse the polygamy related to gender discrimination. In Islam, polygamy thought as one of the solution while the wife cannot give birth or other social consideration. Nevertheless, the permissibility of polygamy has to give the fairness priority among the wife. If the husbands fail to provide enough fairness, thus it is forbidden. This article will discuss about fairness concept in polygamy based on Ibn Hazm al-Zahiri view. He stated that fairness among the wife is a must. The fairness is about inwardly and outwardly living.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/488
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 2 (2015): Oktober; 207-236
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/488/435
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/489
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
SEJARAH MUSHAF 'UTHMANI (MELACAK TRANFORMASI AL-QUR'AN DARI TEKS METAFISIK SAMPAI TEXTUS RECEPTUS)
Samsukadi, Mochamad
Sejarah al-Qur'an
Mushaf 'Uthmani
Teks Standar
Al-Qur'an diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam bentuk oral, tidak dalam bentuk teks mushaf yang bisa dibaca. Namun dalam perkembangannya, al-Qur'an tersebar di kalangan umat Islam dewasa ini dalam bentuk teks tercetak dilengkapi dengan tanda baca dan diakritikal untuk memudahkan bagi pembacanya. Sampai menjadi teks standar (textus seceptus) saat ini, al-Qur'an menghabiskan waktu yang panjang dan melibatkan banyak ulama lintas generasi. Perkembangan itu dibagi menjadi lima periode, yaitu: periode oral, periode kodifikasi, periode penyempurnaan tanda baca dan diakritikal, periode cetak dan periode teks standar al-Qur’an pada tahun 1923 yang kerjakan oleh Tim dari Universitas al-Azhar Mesir. Semua periode ini hanyalah usaha ulama untuk memberikan tanda baca saja, sehingga al-Qur'an mudah dibaca, tidak merubah teks aslinya, sebagaimana dituduhkan oleh sebagian sarjana Barat.Allah gave the oral revelation to Prophet Muhammad, not in written manuscript. However, during the development, Quran has been spread in printed text with diacritical and punctuation sign for easier to read. Moreover, many ulema across generation have spent unlimited time to make the recent standard text of Quran. The development was divided into five period; they are oral, codification, refinement of punctuation and diacritical, printed, and standard text period that was done by a Al Azhar University of Egypt team in 1923. All of the period were some information of how the ulema give the punctuation for the Quran to be easy to read and not to change the original text as alleged by some western scholar.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/489
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 2 (2015): Oktober; 237-262
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/489/436
oai:ojs.test1.journal.unipdu.ac.id:article/541
2016-08-09T18:49:06Z
religi:ART
oai:ojs.test1.journal.unipdu.ac.id:article/542
2016-08-09T18:49:55Z
religi:ART
oai:ojs.test1.journal.unipdu.ac.id:article/543
2016-08-09T19:18:51Z
religi:ART
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/562
2024-03-28T13:09:47Z
religi:ART
LANDASAN PSIKOLOGI DAN AKTUALISASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Ulwiyah, Nur
landasan psikologi
aktualisasi
pendidikan Islam
Pendidikan Islam memiliki peran strategis bagi pembentukan karakter peserta didik yang sangat dibutuhkannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dimana dalam proses keberlangsungannya, pendidikan Islam berpijak pada nilai-nilai al-Qur’an dan Hadis. Dengan ini, pendidikan Islam merupakan pondasi penguat terhadap akhlak dan perilaku peserta didik. Namun demikian, pendidikan Islam masih perlu pula kontribusi disiplin ilmu lain sebagai faktor pendukung guna melangsungkan pendidikan secara konkret dan membumi. Salah satu disiplin ilmu itu adalah psikologi. Psikologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji sekaligus melihat peserta didik dari sudut pandang psikis (jiwa), dimana aspek psikis harus menjadi pertimbangan para pendidik dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Di antara psikologi yang bisa dijadikan sebagai landasan pendidikan yaitu psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial. Pendidikan harus melihat kondisi psikologi individu dalam hal ini adalah peserta didik, utamanya dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Adapun dalam pendidikan Islam psikologi yang dijadikan sebagai acuan adalah psikologi yang berwawasan pada al-Qur’an dan Hadis. Dimana akhirnya menghasilkan output yang berorientasi ketuhanan, insan kamil bahagia di dunia dan akhirat.Islamic education a strategic role for the formation of the very character of learners needs through daily life, where in the process of its continuity, Islamic education based on the values of the Qur'an and al-Hadith. With this, Islamic education is the Foundation of the amplifier against akhlaq and behaviours learners. However, Islamic education still needs also contribute to other disciplines as the factor endowments in order to carry out the education concretely and grounded. One of the disciplines it is psychology. Psychology is a scientific discipline that examines while seeing learners from the perspective of a psychic (soul), where the psychic aspect should be a consideration in the process of educators the achievement of educational goals. Among the psychology that could serve as the cornerstone of education i.e. developmental psychology, psychology of learning, and social psychology. Education should see conditions of individual psychology in this regard are the learners, especially in drawing up and implementing the curriculum so that the purpose of education can be achieved optimally. As for Islamic education in psychology who serve as the reference point is the psychology that insightful on al-Qur'an and al-Hadith. Which ultimately generate output oriented Godhead, insan kamil happy in the world and the hereafter.
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (UNIPDU) Jombang Jawa Timur Indonesia
2015-04-15
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Artikel Peer-review
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/562
Religi: Jurnal Studi Islam; Vol 6 No 1 (2015): April; 76-99
2477-8397
1978-306X
ind
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/religi/article/view/562/495
oai:ojs.test1.journal.unipdu.ac.id:article/618
2016-12-08T05:24:51Z
religi:ART