Pola Pendidikan Karakter Dengan Konsep Spiritualisasi Pendidikan: Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Tempurrejo Ngawi
DOI:
https://doi.org/10.26594/dirasat.v1i2.535Kata Kunci:
Pendidikan Islam, Pendidikan Karakter, Pendidikan Spiritual/ Islamic Education, Characteristic Education, Spiritual EducationAbstrak
Abstrak: Situasi krisis spiritual dan moral pelajar pasca-reformasi menunjukkan bahwa kompetensi moral dan spiritual yang diproses melalui sekolah dengan berbagai pengembangannya belum menghasilkan kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual yang diharapkan. Kondisi ini diduga berasal dari verbalisasi budaya yang berkembang dari proses pembelajaran moral dan spiritual yang hanya bersifat tekstual murni. Fenomena dan fakta tersebut menyimpulkan pentingnya pendidikan karakter secara intensif sebagai esensi dari kecerdasan moral dan pembentukan spiritual. Oleh karena itu, kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual harus tumbuh dan berkembang melalui pendidikan karakter aplikatif. Pada tahap awal, pelaksanaan pendidikan karakter di tingkat sekolah perlu dilakukan melalui pengkondisian moral yang kemudian berlanjut dengan pelatihan moral. Desain pendidikan karakter sebagaimana di atas berfungsi sebagai alat untuk pengembangan moral peserta didik yang sistemik dengan kompetensi kecerdasan dan karakter.
Abstract: Spiritual and moral crisis situation of post-reform students demonstrate competency moral and spiritual competence processed through schooling stool output immature development of moral intelligence and spiritual intelligence of students. This condition is allegedly originated from the growing culture verbalistic of moral and spiritual learning process merely textual. Phenomenon and the fact, led many to conclude the importance of the character education intensively as the essence of moral intelligence and spiritual formation. Therefore, moral intelligence and spiritual intelligence must be consciously learned and grown through the applicative character education. In the early stages, the implementation of character education at the level of schooling needs to be done through conditioning moral then continues with moral training. Educational design a character like above serves as a tool for the development of systemic moral eguip learners with the competencies of intelligence and character.
Referensi
Abdullah, Irwan. Metode Penelitian Kualitatif. Jokjakarta: PPK UGM, 1996.
Joyce, B., Weil, M. Models of Teaching. New Delhi, 2003.
Kepennas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, 2000.
Koesoema A, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2010.
Megawangi, Ratna. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI, 2001.
Santrock, J.W. Life Span Development. Jakarta : Erlangga, 2000.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1982.
Tennant, M. Psychology and Adult Learning (Second Edition). London dan New York: Routledge, 1996.
Tobroni. Pendidikan Islam.Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritual), Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2000.
Undang-Undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: PT. Sinar Grafika Offset. 2005.