PRAKTIK PEMIKIRAN INKLUSIF-SOSIAL KH M SHOLEH BAHRUDDIN NGALAH SEBAGAI MANIFESTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PESANTREN
DOI:
https://doi.org/10.26594/dirasat.v2i1.683Kata Kunci:
Islam Inklusif, Islam Sosial, Kiai, KH M Sholeh Bahruddin | Inclusive Islam, Islam Social, KH M Sholeh Bahruddin.Abstrak
Abstrak: Dalam sejarah hidupnya, praktik pemikiran inklusif-sosial Kiai Sholeh sangat dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, atas perintah ayahanda dengan pesan seperti berikut: “sak temene dek pasar, dek masjid, dek dalan, kabeh iku dulurmu (sesungguhnya baik di pasar, di masjid, maupun di jalanan, di seluruh tempat itu ada saudaramu).” Kedua, penerapan teori Abraham, yakni mencontoh perilaku ayahanda KH M Bahruddin Kalam (almarhum) dan juga perilaku kakek KH M Kalam (almarhum). Ketiga, praktik dari rukun Tarekat Naqshabandiyah pada poin kelima dan keenam, yakni “ambugusi kabeh konco, cilik gede, lanang wadon, enom tuo, lan ambagusi kabeh makhluk (bergaul secara baik dengan semua teman, baik kecil maupun besar, laki-laki maupun perempuan, muda maupun tua, dan bergaul secara baik dengan semua makhluk).” Penelitian ini memfokuskan pada praktik pemikiran inklusif-sosial KH M Sholeh Bahruddin dengan model studi kasus, pendekatan yang dipakai adalah expose facto. Data diambil melalui observasi, wawancara serta dokumentasi. Penelitian menyimpulkan bahwa praktik pemikiran inklusif-sosial KH.. M. Sholeh Bahruddin sebenarnya mempertemukan misi perintah masing-masing agama (Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Konghucu) untuk membangun perdamaian, keamanan dan memelihara kasih sayang bersama-sama dan meminimalisir terjadinya konflik agama.
Abstract: In the history of his life, the practice of inclusive social thought by Kiai Sholeh greatly influenced by several things. First, on the orders of his father with the following message: “In the markets, in the mosques, as well as on the streets, all over the places there are your brothers.” Secondly, the application of Abraham’s theory, which was practiced by KH M Bahruddin Kalam, the father (deceased) of Kiai Sholeh, as well as KH M Kalam, the grandfather (deceased) of Kiai Sholeh. Third, the practice of the Naqshabandi pillars that say: “being good with all friends, both small and great, both men and women, young and old, and being good with all creatures). This study focuses on the practice of inclusive social thought of KH M Sholeh Bahruddin, and the approach used in this study is expose-facto. The data retrieved through observation, interviews and documentation. The study concluded that the practice of inclusive social thought of KH M Sholeh Bahruddin actually tries to unite each mission commanded by religions (Islam, Christianity, Catholicism, Buddhism and Confucianism) that establish peace and security, as well as maintain affection together and minimize religious conflicts.Referensi
Madjid, Nurcholish. “aA-Islām dan Tradisi Agama Ibrahim,” dalam Budhy Munawar Rachman. Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Jakarta: Paramadina, 2001.
Naim, Ngainun. Islam dan Pluralisme Agama: Dinamika Perebutan Makna. Semarang: Aura Pustaka, 2014.
Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung, Mizan, 1999.
Sholikhudin, M. Anang. “Penerapan Konsep Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan”. Tesis—Universitas Negeri Malang, 2011.
Ubaidillah. Pesantren Multikultural Dan Harmoni Kehidupan Umat Beragama https:// insanmultikultural.wordpress.com/ category/ Islam-pluralistik/
Wahid, Abdurrahman. Islam Kosmopolitan: Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan. Jakarta: The Wahid Institut, 2007.